SOLUSI PEMBELAJARAN ERA PANDEMI DENGAN HYBRID LEARNING
( karya Annisa Nur Auliyah , XI MIPA 3 )
Tidak dapat dipungkiri, akibat pendemi semua kegiatan masyarakat dibatasi. Hal ini memberikan dampak negatif terutama di bidang pendidikan. Pembelajaran yang mulanya dilakukan secara offline (luring) harus dilakukan secara online (daring) untuk meminimalisir penularan Covid-19 di lingkungan sekolah. Terhitung sejak Maret 2020 hingga saat ini, banyak kegiatan sekolah yang harus dilakukan dari rumah.
Meski demikian, proses pembelajaran secara daring tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus. Berbagai keluhan yang disampaikan para siswa dan tantangan yang hadir silih berganti bagai kabut yang menyelimuti pembelajaran di era pandemi ini. Penyampaian materi secara daring dianggap masih kurang optimal dan siswa susah menyerap maksud dari pembelajaran yang disampaikan. Siswa juga mulai jenuh dalam melaksanakan proses belajar online.
“Menurut saya materi yang disampaikan guru masih kurang optimal sehingga saya susah untuk menyerap materi itu. Saya sudah mulai jenuh terus-terusan belajar dari rumah. Tugas terus menumpuk. Beberapa guru hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materinya terlebih dahulu. Terkadang saya cuma absen dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru. Saya ingin kembali belajar di sekolah dengan teman-teman.”ujar Winda Rahmawati seorang siswi kelas XI MIPA 3 di SMA N 1 Prambanan.
Kesulitan tidak hanya dialami oleh para siswa, guru pun juga mengalami kesulitan. “Karena kurangnya penguasaan IT penyampaian materi kurang maksimal dan juga masalah kuota internet. Siswa kadang ada yang belum siap saat jadwalnya. Karena tugas dari guru yang terlalu banyak, siswa sering terlambat mengumpulkan tugas.” Ungkap Bapak Kasiyanto, S.Pd guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Prambanan.
Akademi Pediatri atau Academi of Pediatrics (AAP) menekankan pentingnya pembelajaran tatap muka untuk anak-anak, dengan alasan perlunya keterampilan sosial dan emosional, latihan fisik, akses kedukungan kesehatan mental, makanan teratur, akses internet, dan konseling. Pembelajaran secara daring dapat mempengaruhi minat belajar siswa dan psikososial siswa. Minimnya interaksi sosial dengan guru, teman serta lingkungan, ditambah tekanan pembelajaran jarak jauh dapat menyebabkan anak stres.
Meski demikian, pembelajaran tatap muka masih menyisakan kekhawatiran di lingkungan pendidikan. Banyak pihak yang khawatir, jika tidak dipersiapkan dengan baik, pembelajaran tatap muka di sekolah berpotensi mejadi kluster baru penyebaran Covid-19.
Salah satu solusi yang ditawarkan guna meredam kekhawatiran itu adalah dengan menerapkan pembelajaran tatap muka berbasis sistem hybrid learning. Hybrid learning sering disebut juga sebagai blended learning karena memiliki arti yang sama. Hybrid/blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara online learning (daring) dengan pembelajaran tatap muka di sekolah yang dilakuakan secara teratur dan efektif. Hybrid learning dilakukan guna meminimalisir dampak psikososial siswa dan membantu siswa menutup kekurangan pembelajaran di masa pandemi.
Dalam hybrid learning pembelajaran tatap muka dilakukan secara rotasi dengan jumlah siswa 50 persen dan terjadwal. Di dalam kelas, guru mengajar dua kelompok siswa yaitu mereka yang hadir langsung ke sekolah dan mereka yang bergabung secara daring melalui aplikasi video conference.
“Pembelajaran dengan sistem hybrid ini menurut saya sangat efektif untuk situasi saat ini. Kami dapat memahami materi dengan lebih mudah dan bisa bertanya langsung materi yang belum paham saat PJJ.” Ujar Sakilla siswi kelas XI MIPA 3
Senada dengan Sakilla, menurut Kiki Nur Pawestri siswi kelas XI IPS 2, hybrid learning sangat efektif dilakukan ketika masa pandemi seperti sekarang. “Dengan adanya tatap muka, siswa dapat lebih mengenal teman-teman dan juga guru.” kata Kiki.
Menurut Bapak Kasiyanto, S.Pd., sistem pembelajaran hybrid learning merupakan model pembelajaran yang ideal untuk situasi pandemi saat ini, namun memiiki beberapa kekurangan. “Sekali lagi, penguasaan IT guru menjadi kendala. Mungkin bagi guru muda lebih mudah, tapi untuk guru yang sudah tua mungkin sulit.” ungkapnya.
Diterapakannya pembelajaran dengan sistem hybrid di dunia pendidikan adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi masalah dan menutup kekurangan pembelajaran siswa di masa pandemi, meski ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya yaitu anak memiliki pemahaman materi belajar dengan lebih baik, memungkinkan adanya interaksi sosial, dan memberikan penyegaran model belajar. Sedangkan kekurangannya yaitu pertama, pembelajaran sistem hybrid ini merupakan model pembelajaran baru di Indonesia. Hal itu tentu akan membawa tantangan-tantangan baru bagi sekolah, orang tua, guru, dan anak-anak. Kedua, kekuranagan penguasaan IT guru.
Pandemi ini tidak menjadi penghalang siswa untuk mejalankan kewajibannya untuk menuntut ilmu. Meskipun belajar secara daring, tetapi tidak mematahkan semangat meraih mimpi. Bekerja keras akan membawa pada keberhasilan. Usaha tidak akan menghianati hasil apapun kondisinya.
0 Komentar
Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!